10 Pemain Terbaik AC Milan

Rabu, 25 September 2013

Memang pemain I Rossoneri bukan hanya mereka saja. Semenjak berdiri di tahun 1899, entah sudah berapa pemain yang pernah berseragam merah-hitam khas mereka. Ini berarti tentu ada begitu banyak pemain hebat lain dari eranya masing-masing. Namun tentu saja seperti biasa, saya hanya boleh memilih 10 nama.

1. Gunnar Nordahl
"
Well he can double that number, and then add another 26, then, and just then, he has passed Il Canoniere,” adalah sebuah kalimat yang dilontarkan seorang Milanisti ketika Andriy Shevchenko mencetak gol ke-100 nya di Serie A. Lalu siapa pemain yang mendapatkan julukan Il Canoniere tersebut?
Ya, pemai tersebut adalah Gunnar Nordhal, pencetak gol terbanyak sepanjang masa bagi Il Diavolo dengan 226 gol dari 257 pertandingan. Kalau anda pernah membaca artikel saya yang berjudul “10 Pemain Terbaik Serie A Sepanjang Masa”, maka anda akan temukan namanya tertera disana. Bagaimana tidak? Ia adalah satu-satunya pemain asing yang mampu mencetak lebih dari 200 gol di divisi teratas sepakbola Italia tersebut.
Saya memang tidak akan mengada-ada dengan mengatakan pergerakannya cepat, sentuhannya lembut, gerakannya cepat, dan bla bla bla. Saya bahkan sulit untuk mendeskripsikan kemampuannya jika menyaksikan dari youtube. Namun yang jelas akan cukup aneh jika peraih lima capocannoniere dalam tempo enam musim ini tidak masuk ke dalam daftar ini
2. Gianni Rivera
Bersama dengan Giovanni Trapattoni, Gianni Rivera adalah tonggak awal kejayaan AC Milan di Eropa. Atau mungkin lebih tepatnya, ia adalah awal dimana I Rossoneri dikenal sebagai salah satu kekuatan besar di benua biru. Terlebih lagi ia menghabiskan 19 tahun berseragam merah-hitam. Sebuah masa bakti yang luar biasa ketika masa itu.
Pengabdiannya tersebut tentu berbuah manis. Ia adalah penghuni peringkat keempat dalam daftar pemain dengan caps terbanyak AC Milan. Bisa mendapatkan kesempatan bermain sebanyak itu pasti berarti ia memiliki skill yang tidak biasa. Bahkan ketika masa jayanya, ia dijuluki sebagai The Golden Boy.
Bersama AC Milan, ia menyumbang tiga gelar Serie A, lima gelar Coppa Italia, dan dua gelar UEFA Champions League. Pemain yang mendapatkan Ballon d’Or pada tahun 1969 ini juga merupakan bagian dari tim nasional Italia ketika pertama kali menjuarai EURO.
3. Franco Baresi
 
Melihat Franco Baresi bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno dua tahun silam bersama AC Milan Glorie, rasanya ada yang “aneh” dari permainannya. Meski ketika itu ia sudah berumur 51 tahun, namun tetap saja para pemain depan kita seperti Ricky Yakobi dan Rochy Putiray terlihat sangat kesuliatn untuk melewati penjagaannya. Saya pun berpikir apa jadinya jika ketika itu Baresi masih dalam masa jayanya.
Enam gelar Serie A, empat gelar Coppa Italia, tiga gelar UEFA Champions League, dan dua gelar Serie B membuktikan betapa besar perannya dalam membangun kejayaan AC Milan baik dalam keadaan susah ataupun senang. Kesetiannya tersebut terbayar dengan 719 kali kesempatan bermain. Dalam jangka 20 tahun bermain bagi I Rossoneri, ia menghabiskan 15 tahun mengenakan ban kapten.
Kemampuan, karisma, jiwa kepemimpinan, dan pengaruhnya di AC Milan mungkin dapat tergambarkan apabila anda mengetahui bahwa tim sekota Internazionale Milan ini “mempensiunkan” baju bernomor punggung enam, yang dimana adalah nomor punggung Baresi.
4. Marco Van Basten
 
Saya belum lahir ketika AC Milan dibawah arahan Arrigo Sacchi menguasai Eropa dengan pasukan trio Belanda. Tetapi dengan banyak membaca, saya tahun bahwa Marco Van Basten adalah salah satu kunci kekuatan Milan ketika itu. Bukan hanya itu saja, banyak penjelasan-penjelasan yang menegaskan bahwa Van Basten adalah salah satu pemain terbaik yang pernah ada di dunia.
Berhubung saya tidak pernah menyaksikannya bermain, maka saya lebih sering mendengar tentang karirnya yang singkat akibat cedera. Namun demikian, saya juga tahu bahwa pemain yang mencetak 124 gol bagi AC Milan ini telah memberikan tiga gelar Serie A dan dua gelar UEFA Champions League.
Yang lebih menghebatkankan lagi, dalam tujuh tahun karirnya berseragam AC Milan, ia meraih begitu banyak gelar pribadi. Mulai dari dua kali Capocannoniere, satu kali FIFA World Player of the Year, hingga tiga kali Ballon d’Or.
5. Ruud Gullit
 
Sebagai bagian dari trio Belanda yang dibangun oleh Arrigo Sacchi dengan kekuatang uang Silvio Berlusconi, rasanya sangat sulit bagi saya untuk tidak memasukkan Ruud Gullit kedalam daftar ini. Datang bersama dengan Marco Van Basten di tahun 1987, ia langsung menjadi pemain inti yang tak dapat tergantikan.
Jauh sebelum rambut berantakan Carles Puyol dijadikan bahan bercandaan, rambut Gullit sudah terlebih dahulu menjadi “tren” anak muda. Sejalan dengan itu, kemampuannya di lapangan berbicara jauh lebih banyak. Ia adalah pemain serba bisa dan memiliki insting mencetak gol yang cukup tinggi. Ini terlihat dari total 56 gol yang ia cetak selama 171 kali membela AC Milan.
Sama hal nya dengan Van Basten, ia juga menyumbangkan tiga gelar Serie A dan dua gelar UEFA Champions League. Jangan lupa juga kalau sebelum rekan senegaranya tersebut meraih Ballon d’Or dua kali berturut-turut, Gullit lah yang meraih penghargaan tersebut.
6. Andriy Shevchenko
 
Tidak sulit untuk memutuskan apakah Andriy Shevchenko akan masuk ke dalam daftar ini atau tidak. Bahkan sebenarnya, saya sama sekali tidak mempertimbangkan hal tersebut. Bagaimana tidak? Ia adalah pencetak gol terbanyak kedua dengan 175 gol sepanjang sejarah AC Milan berdiri.
Datang pada tahun 1999 dengan mahar sebesar 25 juta EURO, ia langsung menjadi idola public San Siro dengan gol demi gol yang ia ciptakan. Dari semua gol tersebut, jelas gol nya ke gawang Juventus pada final UEFA Champions League di tahun 2003 adalah yang paling istimewa.
Satu-satunya kesalahan dalam karirnya adalah menerima pinangan Roman Abramovich untuk pindah ke Chelsea. Seandainya ia tidak pindah, barangkali ia akan memenangkan lebih banyak gelar dan sangat mungkin memecahkan rekor gol Gunnar Nordahl. Meski demikian, tetap saja namanya akan selalu identik sebagai pencetak gol tajam dari AC Milan.
7. Kaka
 
Sangat sulit bagi saya yang tim nya menjadi korban bully-an Ricardo Kaka di babak semifinal UEFA Champions League 2007 untuk tidak memasukkan namanya ke dalam daftar ini. Apalagi, saya juga tahu bahwa keputusannnya hijrah ke Real Madrid lebih didasari sebagai kecintaannya bagi AC Milan. Ia pergi agar I Rossoneri terhindar dari kebangkrutan.
Pemain yang didatangkan dari Sao Paolo dengan harga “hanya” 8.5 juta EURO ini memang dari awal sudah memperlihatkan prospek yang cerah. Perlahan tapi pasti, ia menggeser posisi Rui Costa sebagai attacking midfielder AC Milan.
Berbagai penghargaan pribadi pun pernah didapatkan oleh pemain yang dapat dikatakan “sendirian” membawa AC Milan menjuarai UCL tahun 2007 ini. Tiga kali Serie A Foreign Footballer of the Year, tiga kali Serie A Footballer of the Year, dan satu Ballon d’Or menjadi bukti sahih betapa hebatnya Kaka ketika masih membela panji-panji I Diavolo.
8. Alessandro Costacurta
 
Bagi mereka yang bukan penggemar AC Milan atau Serie A, nama Alessandro Costacurta memang tidak akan pernah sementereng Paolo Maldini, Franco Baresi, atau Mauro Tassotti. Namun demikian, tidak berarti pemain ini adalah pemain yang biasa-biasanya saja. Karena seandainya dirinya adalah pemain biasa, maka hampir tidak mungkin jumlah caps nya bersama I Rossoneri hanya kalah dari Franco Baresi dan Paolo Maldini.
Hanya mencetak tiga gol sepanjang karirnya bersama AC Milan tidak membuat dirinya lantas dibenci oleh public San Siro. Justru dirinya dicintai oleh karena permainan lugasnya menjaga pertahanan Il Diavolo. Menjadi bagian dalam sejarah emas Milan, ia turut menyumbang tujuh Serie A dan lima UEFA Champions League.
9. Zvonimir Boban

Cukup sulit bagi saya untuk memilih antar Zvonimir Boban, Andrea Pirlo, Alessandro Nesta, atau George Weah. Namun pada akhirnya, saya lebih memilih Boban untuk mengisi daftar ini. Mengapa demikian? Karena baik Pirlo, Nesta, ataupun Weah tidak memiliki kumis dan jenggot sekeren Boban. Titik.
Well anyway, Boban bisa dibilang merupakan salah satu attacking midfielder terbaik dunia ketika masa jayanya. Ia mengontrol lini penyerangan AC Milan dengan begitu luar biasa. Kecepatan maupun visinya dalam memberikan operan patut mendapatkan apresiasi. Bersama I Rossoneri, ia berhasil menjuarai empat kali Serie A dan satu UEFA Champions League.
Hanya ada dua hal yang mengecewakan dalam karir Boban di Milan. Pertama, ia harus pergi setelah tergeser oleh Rui Costa sehingga akhirnya sedikit terlupakan oleh Milanisti sampai sekarang. Kedua, ia belum sempat menolong Milanisti yang sedang terlibat perkelahian dengan polisi di Milan.
10. Paolo Maldini
 
Saya masih belum mau kehilangan posisi sebagai penulis di Bolatotal dengan tidak memasukkan nama Paolo Maldini ke daftar ini. Lagipula mungkin saya sudah gila jika tidak memasukkan sang kapten yang saat ini memegang rekor jumlah penampilan terbanyak bagi AC Milan. Ya semoga saja nanti anaknya bisa meneruskan nomor punggung tiga yang masih memasuki masa “istirahat”.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;